Hari ini genap seminggu ramadhan tahun ini berlalu. Hari-hari menahan lapar dan haus ini mulai terisi hal-hal yang berarti. Meski belum banyak ...
Perjalananku siang ini melewati pasar tradisional Kota Kepanjen yang kini menjadi ibukota Kabupaten Malang. Ada perasaan tertegun dan tercenung, saat mata ini menyaksikan warung-warung makan yang aku lalui di sepanjang pasar kotaku ini tak sepi dari para pelanggannya. Seorang muslimkah para pelanggan warung-warung itu?
Jelas, aku tak bisa memastikan orang-orang di siang hari bulan puasa ini yang makan di warung-warung itu seorang muslim atau bukan. Masak aku harus masuk ke salah satu warung panganan itu dan bertanya, "Anda seorang muslim ?"
Wah, misalnya dengan sehalus apapun aku bertanya, orang di warung yang aku tanya pasti ada tersinggungnya. Ya kalau hanya tersinggung, kalau sampai ndak terima terus menunjuk aku dengan kepalan penuh ??? He...he...he.... Maka, biru lebamlah mukaku
Lantas, apa aku harus diam saja menyaksikan saudara-saudaraku itu tak menyimpan penghormatan mereka kepada bulan penuh rahmat ini? Atau, aku meski tak peduli pada dulur-dulurku yang belum punya perasaan sungkan untuk setidaknya tidak makan di tempat umum pada bulan Ramadhan ?
Belum juga hilang rasa tertegunku dengan penglihatan itu, aku kembali dibuat ternganga dengan pemandangan yang jauh lebih 'asoi' dari hanya sekedar manusia pemakan nasi di siang hari. Bagai tersepona, eh .... terpesona, aku sedikit melotot pada sosok wanita yang berjalan melewati depan kendaraan yang aku pakai. Bukan saja karena manusia yang lewat itu berupa wanita lumayan cantik (fuih ...), akan tetapi setelah melewatiku tampak bajunya sobek-sobek di sana sini dan celana sedikit melorot.
Alamak ......
Dapat apa aku puasa hari ini ???