Sungguh menggelikan di usiaku yang seperti ini aku baru merasakan bagaimana rasanya bila seseorang yang begitu berarti tidak berada disampingku. Sebab dari waktu ke waktu yang sudah aku lalui, hampir-hampir bagian ini selalu terlewati dan tak terhiraukan. Ha... ha... ha....
Ya, memang sejak dulu sejak aku merasakan mulai ada rasa yang berbeda kepada makhluk manis dari kaum hawa, perasaan seperti itu selalu aku tepiskan. Sedapat mungkin dan sekuat tenaga aku tak menghiraukan, atau lebih tepatnya tak berani aku biarkan ada dan tumbuh dalam diriku. Kenapa?
Mungkin sobat pernah merasakan atau setidaknya mengalami satu perasaan bahwa diri ini tak mempunyai sesuatu yang dapat dilebihkan dan ditonjolkan. Ganteng? tidak..... Postur tinggi atau atletis? juga tidak .... Kaya? ehm ... kaya apanya? Lha wong aku hanya anak seorang buruh tani yang hidup di sebuah dusun di wilayah Kabupaten Malang ini.
Dari itu, dari awal aku sudah tak berani menumbuhkan perasaan suka kepada seorang makhluk manis ....
Namun di waktu-waktu ini Yang Maha Pengasih memberiku seseorang makhluk manis itu. Itupun di awali dengan hati yang kosoong. Belum ada rasa apa-apa. Hanya sekedar menjalani lakon ini, detik demi detik. Hingga detik demi detik itu merangkai waktu yang menggandeng hitungan tahun .... Dan tanpa kusadari aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku mulai merasakan begitu sepi tanpa seseorang itu ada bersamaku. Ada sesuatu yang hilang dan hitungan waktu menjadi begitu hampa, kalau dia tak disini ....
Dan justru pada saat semacam itu, dia menyampaikan inginnya tuk mengakhiri semua cerita ini. Makhluk manis itu mengutarakan isi hatinya, bagaimana selama ini cara pandang dia dan aku sungguh jauh berbeda. Semua perbedaan yang melahirkan salah paham, gontok-gontokan, dan menomorsatukan ego masing-masing tanpa ada yang mau diasorkan ...
Dia, Rizka (begitu makhluk manis itu biasa aku panggil), begitu ngotot tuk melangkah dengan kesendiriannya lagi. "Perbedaan kita tidak mungkin disatukan ....", begitu dia berkata.
"Meski ku sampaikan walau ini kan terasa menyakitkan..... Sampai saat ini aku tetap pada pendirianku, aku ndak bisa kembali ke sana seperti dulu. Aku ndak sanggup lagi menjalani hidup bersama sampeyan lagi. Dan perpisahan yang aku pilih ....," begitu pesan yang disampaikan padaku. (from 081803853211 ; 18/09/2009 ; pukul 14:03:48)
Sungguh, bagaimana semua ini harus aku hadapi ? Benih kasih sayang ini sudah terlanjur tumbuh, meski belum tersirami dan tumbuh menghijau. Buah sayang ini pun sudah ku gandeng dan ku genggam, bagaimana aku harus menyikapi? Akankah harus kutelan kepahitan ini, disaat aku mulai merasakan damai di cerita ini?
Tak adakah satu pemikiran dalam diri Rizka tuk mencoba merangkai lagi semua cerita indah bersama ? Mencoba menjadikan semua salah dan beda sebagai pengarah langkah-langkah ini ? .....
Semua kata-kata sudah aku rangkai tuk menjadi bahan pikir. Dari semua rajutan kisah yang terangkai, liku perjalanan yang terjalani, dan buah kasih sayang yang sudah dianugerahkan .... sudah aku sampaikan semua, namun inginnya Rizka belum tergoyahkan.
Atau ... bagi Rizka aku sudah tergantikan seseorang lain ?
Comments :
0 komentar to “Curhat Muslim, Kerinduanku Padanya”
Posting Komentar
Ketik komentar Anda, klik "select profile", pilih Name/URL, ketik nama Anda, klik "Lanjutkan", klik "Poskan komentar". Terima kasih atas kunjungan Anda