Sabtu, 19 September 2009

Curhat Muslim, Dalam Ketakmengertian

Tumbuh dalam lingkungan pedusunan agaknya memangnya banyak mempengaruhi perkembangan pola pikirku. Lingkungan pedusunan, namanya saja sudah dusun, pasti tidak jauh dari bayangan masyarakat di wilayah desa yang (paling tidak) jauh dari kota. Tentu saja gaya hidup masyarakat dusun tidak sama dengan orang-orang kota. Walau tidak dipungkiri dari waktu ke waktu, nilai-nilai yang ada di sebuah dusun berangsur-angsur memudar karena terpaan nilai-nilai yang dibawa warga dusun itu sendiri yang sudah paham model lingkungan orang-orang kota.
Hal ini dapat kurasakan di salah satu cara pandang dan pola pikirku tentang hubungan seorang laki-laki dan perempuan. Dalam hal apa? Banyak hal.
Misalnya .....


Menurut sudut pandangku, jika seorang perempuan sudah mempunyai suami sah secara agama maupun dalam naungan hukum di negara ini, tentu perempuan itu harus menjaga kehormatan dirinya dan kehormatan suami serta keluarganya. Di lingkungan dusunku, perempuan yang sudah menapaki rumah tangga sudah disebut wanita. Kata wanita, menurut sebagian cerita berasal dari bahasa Jawa wani ditata, yang kurang lebih dimaknai orang yang sudah harus mau menata diri dan mau ditata oleh suaminya.
Kedengarannya sih kolot, ya nggak? he... he... he....
Tetapi menurut aku, justru banyak aku temui begitu dalam filosofi yang ada dalam kebiasaan-kebiasaan (adat?) masyarakat dusunku ini. Bahkan kadang aku mendapati nilai-nilai yang luhur dalam keseharian masyarakat dusunku ini.

Namun di saat lain sering kali aku menemui banyak perempuan yang 'mencoba' untuk tidak setia pada pasangannya, walaupun perempuan itu sudah secara resmi menjadi istri. Atau dalam bahasaku sudah disebut sebagai wanita, yang mengarah pada seorang perempuan yang sudah seharusnya dan selayaknya bisa menata diri, bisa menjaga kehormatan diri - suami dan keluarganya. Seorang perempuan yang sudah harus berani (mau) ditata, oleh tatanan yang dipakai di masyarakat maupun tatanan yang ada dalam dogma yang dianut.
Lalu kalau seorang perempuan yang sudah bersuami melakukan penyelewengan dengan laki-laki lain dan mengkhianati suaminya (dengan asumsi: perjalanan rumah tangga secara umum tidak ada kendala dan suami setia, meski selisih paham serta beda pendapat sudah pasti ada), nilai tatanan manakah yang ia pegang? Atau ajaran dogma mana yang membolehkan seorang perempuan yang sudah bersuami untuk berslingkuh?

Atau, tatanan dalam masyarakat dan dalam dogma ajaran agama memang sudah tidak berlaku lagi? Orang sudah lebih menomorsatukan akal dan pikirannya? Atau, sedikit lebih ekstrim lagi orang-orang sudah mendahulukan nafsunya?

Comments :

0 komentar to “Curhat Muslim, Dalam Ketakmengertian”


Posting Komentar

Ketik komentar Anda, klik "select profile", pilih Name/URL, ketik nama Anda, klik "Lanjutkan", klik "Poskan komentar". Terima kasih atas kunjungan Anda