Pada tulisan Memahami Cinta bagian tiga ini, aku tertarik pada tulisan seorang rekan blogger yang beralamat di http://andrhey.wordpress.com. Rekan Andre mencoba melihat cinta dari berbagai sudut pandang yang lebih banyak.
Sepanjang sejarah manusia, cerita-cerita yang menggambarkan tentang cinta menghiasai lembaran sejarah bahkan tak jarang menjadi sebuah cerita yang melegenda. Hal ini membuktikan betapa kedudukan cinta memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Apa cinta memang hanya milik manusia?
1. Cinta itu fitrah dan universal
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14).
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)
2. Makna cinta secara sempit
Jika seorang laki-laki membedakan seorang wanita dari wanita lain, itulah cinta. Jika seorang laki-laki membedakan wanita bukan karena paling cantik, paling cerdas, paling tepat, dan bukan karena lebih utama untuk dicintai, tapi karena keindahan dan kekurangannya, itulah cinta. (Ahmad Bahjat, 2002).
Cinta berarti memberi bukan menerima. Cinta jauh dari saling memaksakan kehendak. Cinta tidak menuntut tapi menegaskan dan menghargai. Cinta tidak akan pernah tercipta selagi kita belum bisa menerima perbedaan. (John Gray, Ph.D, 2002). 3. Antara cinta dan nafsu
Pernahkah Anda melihat cinta pada binatang? Pasti tidak. Cinta ada pada manusia. Burung tidak bercinta. Harimau tidak pernah bermesraan. Kambing tidak romantis. Binatang hanya memiliki naluri mempertahankan mata rantai kehidupan (hubungan intim). Sementara cinta bukan seks, bukan pula hubungan intim. Tapi tidak sedikit manusia yang seperti binatang, menganggap cinta adalah seks. Tak heran jika muncul perilaku binatang; kumpul kebo, pelacuran, dan pacaran yang jauh dari hakikat cinta itu sendiri.
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat daripada binatang ternak.” (QS. Al-Furqan: 43-44)
“Wanita dinikahi karena empat perkara; (1) karena harta bendanya, (2) karena keturunannya, (3) karena cantiknya, dan (4) karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, pasti kamu beruntung.” (HR. Bukhari-Muslim, dari Abu Hurairah ra.).
“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”. (An-Nazi’at: 37-41) 4. Tingkatan Cinta
• Tingkat Cinta Narsisitik (Narsisme) Tingkat cinta narsisitik adalah cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan sehingga saat harus mencintai orang lain (lawan jenis) diukur seberapa jauh keuntungannya bagi diri sendiri. Orang yang menganut cinta nassisitik dapat dikatagorikan orang egois. Dia hanya berpikir untuk kesenangan diri sendiri, tak pernah berpikir untuk berbagi. Orang semacam ini sekalipun dirinya sendiri banyak kekurangan, namun selalu menginginkan pasangan yang jauh lebih sempurna dari dirinya.
• Tingkat Cinta Transaksional.
Cinta tingkat transaksional adalah jenis cinta seperti pedagang. Jika “barang” itu membawa untung, maka diambil. Jika tidak, segera disingkirkan. Tipe orang transaksional tidak jauh dari pedagang. Ia mencari patner yang mungkin bisa meningkatkan keuntungan bagi dirinya (cinta matre). Ia mencari orang yang tebal dompetnya atau memiliki jabatan strategis.
Jika dari pasangannya sudah tidak ada lagi yang diharapkan, tak segan-segan mencari pasangan baru. Habis manis sepah dibuang. Juga masuk kategori cinta transaksional adalah para pelacur (WTS). Yang terpikir oleh mereka adalah uang. Demi uang itulah ia sekuat tenaga merayu dengan rayuan mautnya. Jika kantong laki-laki itu telah terkuras, ia tidak akan mau melayaninya.
• Tingkat Cinta Binal
Itulah wanita binal yang di dunia modern sering disebut loosed women. Wanita yang menitikberatkan pada kepuasan dan kebebasan hidup dengan tidak lagi mengindahkan norma masyarakat maupun agama. Akibatnya, praktek “hidup bersama” atau “kumpul kebo” di luar norma-norma hukum formal, baik yang sifatnya temporer maupun permanen, sebagai substitut dari perkawinan resmi dan kehidupan berkeluarga. Hal ini menjadi yang lumrah di dunia modern. Na’udzubillahi mindzalik.
• Tingkat Cinta Patologis
Cinta tingkat patologis adalah cinta yang over dosis . Yaitu mencintai seseorang secara berlebihan, cenderung gila-gilaan, dan menghambakan diri pada yang dicintainya (cinta buta). Laki-laki yang mengindap “penyakit” cinta patologis berperinsip dalamnya lautan akan kuselami, luasnya samudra akan kusebrangi.Orang yang mengidap cinta patologis rela bunuh diri bersama (dengan kekesihnya) dari pada cintanya tidak kesampaian. Cerita-cerita tentang cinta patologis telah banyak menghiasi lembaran sejarah maupun dongeng. Cerita Romeo dan Yuliet yang rela minum racun berdua, atau kisah Laila Majnun
e. Tingkat Cinta Murni
Tingkatan cinta murni adalah cinta tanpa pamrih. Dia mencintai kekasihnya tanpa berharap balasan apapun. Apapun yang diberikannya adalah pemberian ayng keluar dari hati nuraninya untuk membahagiakan kekasihnya. Cinta terhadap kekasihnya memiliki tujuan yang agung, yaitu menuju hidup rumah tangga yang sakinah yang penuh ridha Allah swt.
• Tingkat Cinta Agung
Cinta agung adalah tingkatan cinta yang tidak berharap apapun dari manusia selain ridla Allah swt. Setiap amal yang dilakukan tidak memerlukan pujian atau sanjungan manusia, semuanya terfokus ke Illahi Rabbi. Penganut cinta ini adalah para muhsinin atau orang yang memiliki tingakatan ihsan . Tidak semua muslim memiliki tingkat ini. Hanya orang yang bersih hantinya dari syahwat, nafsu amarah atau penyaki hati yang layak menyandang tingkat muhsin.
5. Cinta Lawan Jenis yang Diridhai Allah
“S esung guhnya nafsu syahwat itu mendorong manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf : 53)
Cinta seorang lak-laki terhadap seorang wanita adalah fitrah. Namun ada yang berubah menjadi berhala ada juga yang bermuara pada keridlaan Allah swt. Kecintaan yang lebih mengedepankan kepuasan syahwat menjadikan cinta itu berlumuran birahi, maka anding akhir dari percintaan itu adalah kebosanan dan sifat frustasi. Karena cinta yang dilandasi syahwat dipenuhi angan-angan kosong yang ketika sampai pada hubungan intim, kenikmatan itu hanya terasa beberapa menit saja. Selebihnya adalah rasa lelah dan kebosanan.
Sebaliknya cinta yang diridlai Allah swt. akan penuh mawaddah dan rahmah karena berada dalam lingkup yang diridlai Allah swt (pernikahan). Pernikahan itu menjadi tulang punggung keberlangsungan generasi berikutnya. Di sanalah segala yang diharamkan sebelumnya jadi boleh yaitu yang terkait dengan aurat masing-masing dan hubungan intim. Bahkan berubah menjadi ibadah yang pahalanya besar disisi Allah swt.
Untuk itu, sebelum masuk jenjang pernikahan, seorang muslim harus memahami dengan benar-benar perilaku yang dicintai Allah swt. dalam berhubungan dengan lawan jenis. Islam telah memberikan rambu-rambu yang akan menyelamatkan keduanya, terutama dari pengaruh syetan. Rambu-rambu itu di antaranya tidak dibenarkan khalwat apapun alasannya karena akan mengundang fitnah syahwat. Tidak iktilat atau campur baur dengan lawan jenis karena akan terjadi kontak fisik yang diharamkan Allah SWT, menundukan pandangan, dan menutup aurat. Hal-hal tersebut akan melindungi seorang muslim dari perzinaan yang dimurkai Allah SWT.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra katanya: Nabi saw bersabda: Allah swt telah mencatat bahwa anak Adam cenderung terhadap perbuatan zina. Keinginan tersebut tidak dapat dielakkan lagi, di mana dia akan melakukan zina mata dalam bentuk pandangan, zina mulut dalam bentuk perkataan, zina perasaan yaitu bercita-cita dan berkeinginan mendapatkannya manakala kemaluanlah yang menentukannya berlaku atau tidak (HR. Bukhari-Muslim).
Comments :
0 komentar to “Curhat Muslim, Memahami Cinta (3)”
Posting Komentar
Ketik komentar Anda, klik "select profile", pilih Name/URL, ketik nama Anda, klik "Lanjutkan", klik "Poskan komentar". Terima kasih atas kunjungan Anda