Minggu, 08 November 2009

Curhat Muslim, Apa Memang Harus?

Detik di hari Ahad (08112009) ini sungguh terasa begitu lambat menjemput detik lagi. Wajah wanita di rumah ini yang berbalut kebencian dan dendam itu, mau tidak mau harus kusaksikan tanpa bisa aku cegah. Terlebih ucapnya kalau ia akan membiarkan benih laki-laki lain (sang imam) dalam rahimnya dan menerima sang imam disisinya, membuat awan pekat menggelantung di atas kepalaku. Awan yang setiap saat akan menyambarkan petirnya padaku.... Kembali aku tercenung .....

Apa mungkin aku memang harus merelakan istriku untuknya?

Wanitaku sudah menanamkan kebencian dalam dirinya padaku, atas tak menyayanginya aku padanya, atas tak perhatiannya aku padanya, atas perlakuan kerasnya aku padanya, dsb dsb dsb. Wanitaku sudah tak menyisakan cintanya lagi kepadaku, dengan apa lagi menahan semua kebersamaan ini? Mungkinkah memang diakhiri?
Tapi mengapa begitu berat menerima itu? Bagaimana hati bisa berbohong kalau aku masih mengharapkannya? Tapi apa aku harus memaksa kalau dia sudah tak lagi ada cinta?


Mungkin memang aku belajar melupakannya. Bagaimana kalau ndak bisa?
Sementara wajah bidadari-bidadari kecil yang selalu bermanja dan mencari mamanya, tampak begitu nyata di pelupuk mataku. Apa ia mereka harus dapat menerima kenyataan nanti mamanya tiada lagi menemani hari-hari yang mestinya mereka nikmati dengan seluruh keceriaan?
Kalau kenyataan itu memang harus dijalani, bagaimana aku atau bidadari-bidadari kecil itu bisa memilih?

Mungkin memang mama mereka memang akan menjadi mama anak-anak lain yang bukan lagi dari darah dagingku, meski dimulai dari langkah hitam. Apa lagi yang bisa menghalangi?
Hati sudah terpaut begitu dalam padanya, pada sosok lain yang begitu dicintai …. Yang selalu bergayut di pelupuk mata…. Yang sudah tercicipi madunya, meski dengan …. Dengan… dengan….

Yang jelas kepedihan ini mengiris iris …. Aku tak sanggup membayangkan, pikiranku selalu dihantui bayangan wanitaku bercumbu dengannya, tapi merelakan wanitaku untuknya aku sungguh tak bisa ….
Tapi pula hampir semua jalan sudah buntu … aku terpojok di sudut keharusan….

Apa memang aku harus menerima kenyataan itu? Dengan apa aku dapat menahan rasa ini?
Hanya sisa harapanku diberi kekuatan dan kasih sayang pada bidadari-bidadari kecilku…. Harapan yang salah satunya harapan agar mereka diberi kekuatan menempuh hari-hari denganku…. Harapan agar mereka selalu dibimbing Gusti Kang Maha Welas dan Maha Asih, agar selalu dijalannya … tidak menjual diri mereka dengan murah…. Tidak merelakan diri mereka untuk laki-laki yang bukan suaminya…

Tapi semua hanya berharap …. Darah sudah mengalir…. Dan alangkah kepedihan ini akan sempurna, seandainya nanti mereka …. Mereka…. Mereka….

Duh Gusti ….. andai Engkau meminta nyawaku agar bidadari-bidadariku tetap dijalan-MU dengan naungan seluruh kasih sayang dan ridho-MU, aku relakan ….

Comments :

0 komentar to “Curhat Muslim, Apa Memang Harus?”


Posting Komentar

Ketik komentar Anda, klik "select profile", pilih Name/URL, ketik nama Anda, klik "Lanjutkan", klik "Poskan komentar". Terima kasih atas kunjungan Anda